Menyimak media massa baru-baru ini, sejumlah tempat wisata yang ada di dunia berharap agar menjadi salah satu bagian keajaiban dunia.Salah satu yang ingin diharapkan masyarakat Indonesia saat ini ialah keberadaan Pulau Komodo agar menjadi bagian dari keajaiban dunia tersebut.
Meskipun saat ini peringkat Pulau Komodo untuk
menjadi bagian dari 7 keajaiban tempat wisata masih berada diurutan kedelapan,
namun harapan itu masih ada. Nah, berawal dari hal itu sebenarnya masih banyak
potensi wisata yang ada di Indonesia untuk dipromosikan masuk dalam daftar 7
keajaiban dunia, yakni Taman Nasional Way kambas atau TNWK, yang daya tariknya
begitu mempesona dengan adanya hewan berbelalai nan pintar yakni gajah.
Menarik sekali ketika berbincang dengan
seseorang yang telah lama bergelut di dunia melatih gajah, yakni sebagai pawang
gajah. Banyak informasi didapat dari menggali seputar pesona gajah tersebut.
Gajah merupakan hewan yang menurut mitos
masyarakat tradisional sebagai “simbah” yang memiliki kepekaan sosial tinggi
dan tidak rela jika di suatu tempat terdapat perilaku mesum.
Informasi tersebut berasal dari Suratno (43),
seorang warga dari Kecamatan Labuhan Ratu Lampung Timur yang sejak lama
berprofesi sebagai pawang gajah di Pusat Latihan Gajah (PLG) Balai Taman
Nasional Way kambas (BTNWK) tersebut.
Menurutnya, pesona gajah yang berasal dari
Kabupaten Lampung Timur tersebut cukup dikenal baik, di tingkat lokal provinsi,
level nasional hingga internasional.
“Saya sudah lama menjadi pawang gajah, dan hingga
beberapa kali melakukan tour ke berbagai daerah,” katanya.
Menurutnya, gajah dari Lampung Timur sering
diundang untuk tampil di berbagai event baik lokal maupun nasional, dan bahkan
ada tawaran dari luar negeri, jelasnya. Berdasarkan pengalaman para penikmat atraksi
hewan, lanjut dia, gajah yang berasal dari Lampung Timur cukup pintar dan
membuat para penonton semakin terpesona dengan ulah hewan bertubuh tambun
tersebut.
Dikatakannya, karena pesona itulah gajah dari
Lampung Timur sering diundang ke berbagai daerah, seperti Jakarta, Jawa Barat,
Surabaya, Palembang, hingga ke Bali.“Memang gajah dari Lampung Timur dikenal cukup
luas, hingga keberbagai daerah seperti contohnya di Bali. Bahkan, event atraksi
gajah yang digelar di Bali membuat wisatawan asing terheran-heran dan ingin
melihat langsung ke PLG Lampung Timur,” paparnya.
Ia menjelaskan, karena kejinakan gajah dari
Lampung Timur tersebut tidak membuat penikmat atraksi hewan tidak takut, dan
apalagi melihat gajah dari Lampung Timur yang cukup lincah itu.
“Jika semula ada yang mengatakan harus
berhati-hati saat melihat gajah, sebab bisa mengamuk sewaktu-waktu, namun
apabila berdekatan dengan gajah Lampung Timur tidak perlu khawatir,” tuturnya.
Ia menambahkan, sejak pesona gajah Lampung Timur
diketahui hingga ke berbagai maka pihaknya sering “kebanjiran” order baik yang
berasal dari lembaga atau pun perseorangan yang berniat mengundang gajah
Lampung Timur berikut pawangnya untuk menghibur masyarakat.
“Jika ada permintaan, kami siap mendatangkan
gajah Lampung Timur dengan jasa Rp2 juta per ekor gajah, namun tidak termasuk
biaya makan plus operasional pawang gajah. Untuk pengangkutan gajah dan sewa
pembatas lapangan atraksi gajah juga diserahkan kepada penyewa tersebut,”
paparnya.
Sementara itu, pihak PLG BTNWK Lampung Timur saat
ini memiliki 65 ekor gajah jinak, yang siap diundang ke berbagai tempat untuk
mengibur masyarakat.
“Mendatangkan gajah lebih murah dan meriah,
apalagi banyak masyarakat yang menyukainya,” katanya.
Ia melanjutkan, permintaan untuk mendatangkan
gajah di tingkat Provinsi Lampung sendiri cukup ramai, seperti sebelumnya
atraksi gajah di Pringsewu, Kalinda, Kotabumi, Bandar Jaya, hingga ke Lampung
Barat meskipun di tempat tersebut juga banyak gajahnya.
“Hal itulah yang membuat pesona gajah Lampung Timur semakin dikenal luas ke
berbagai daerah,” ujarnya.
Diungkapkannya, untuk menjadikan gajah menjadi pintar beratraksi tidak mudah,
dibutuhkan kerja keras, kesabaran dan keuletan dalam melatih gajah.
Jika ingin bagus, terangnya, gajah harus dilatih sejak berumur kecil hingga
berumur 2 tahun, lalu biasanya sudah jinak dan bisa beratraksi.
“Meski sebenarnya gajah yang sudah dewasa bisa kita latih dan bahkan ada gajah
liar dari hutan bisa kita latih menjadi jinak,” jelasnya.
Menurutnya, saat ini di PLG Way Kambas terdapat 62 gajah dewasa dan 3 gajah
masih kecil, yang umurnya sekitar 2 tahun.
Sementara itu, PLG yang ada di TNWK Lampung Timur juga cukup terkenal di
Indonesia, sebab sudah banyak gajah yang berhasil dijinakkan dan terlatih, maka
tidak heran jika sejumlah daerah mengirimkan gajah liarnya untuk dijinakkan di
PLG tersebut.
“PLG yang ada di Indonesia tidak banyak, dan PLG di Way Kambas itu, merupakan
yang paling populer dan mampu melatih gajah dengan baik,” ujar Suratno
menambahkan.
Bahkan, lanjut Suratno, gajah-gajah yang berhasil dilatih di PLG Way kambas
tersebut banyak digunakan oleh balai-balai yang lain untuk menghalau gajah liar
yang sering berkonflik dengan warga di daerah masing-masing.
Dengan adanya pesona gajah Lampung Timur tersebut menimbulkan rasa kepercayaan
yang tinggi, bahwa Kabupaten Lampung Timur memiliki potensi yang luar biasa
mahalnya yakni dengan kehadiran gajah jinak yang mampu menyedot perhatian para
penikmat atraksi gajah.
Peluang Sebagai Promosi Wisata
Keberadaan Taman Nasional Way Kambas (TNWK) di
Kabupaten Lampung Timur memiliki banyak keuntungan jika potensi tersebut digali
dengan serius. Maka dengan adanya sejumlah perhatian Pemkab Lampung Timur itu
diharapkan mampu meningkatkan citra positif daerah di mata masyarakat lokal,
nasional, hingga manca negara.
Sementara itu, pada ajang Festival Way Kambas
(FWK) yang rutin digelar setiap tahunnya, diharapkan mampu menarik wisatawan
domistik dan luar negeri.
Kegiatan itu sendiri sebelumnya selalu
dilaksanakan di Taman Nasional Way Kambas (TNWK), Labuhan Ratu sebanyak 8
(delapan) kali, dan baru yang kesembilan ini diadakan di ibukota Sukadana,
Lampung Timur (Lamtim).
Menurut Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Lamtim, Marinus Sinurat, saat
berada di Sukadana mengatakan, tujuan kegiatan tersebut untuk mempromosikan
kepariwisataan yang dimiliki Kabupaten Lamtim baik kepada masyarakat setempat,
wisatawan domestik maupun luar negeri.
"Kebudayaan yang dimiliki Lamtim cukup
beragam, sehingga hal ini penjadi ajang pengenalan dunia wisata Lamtim bagi
seluruh masyarakat dan wisatawan," ujarnya.
Dia menambahkan, sebelumnya Festival Way Kambas
(FWK) itu selalu diadakan di taman way kambas, namun kurang mendapat respon
masyarakat, karena lokasinya cukup jauh dan berada di areal hutan.
Dari pengalaman sebelumnya itu, ujarnya, maka
pemerintah daerah memindahkan acara pembukaan Festival Way Kambas di ibukota
Sukadana, namun untuk acara inti berupa atraksi gajah dan fasilitas out
"bond" tetap berada di TNWK itu.
Dalam suatu kesempatan itu, Bupati Lampung,
Satono dalam sambutannya mengharapkan dengan adanya Festival Way Kambas
tersebut dapat menginspirasikan kemajuan pariwisata yang akan datang.
Dunia pariwisata, ujarnya, dapat semakin
berkembang apabila mendapat kerjasama semua pihak, baik pemerintah pusat,
daerah, dinas terkait, dan masyarakat sekitar.
"Semoga saja, dengan adanya beragam
keanekaragaman hayati yang dimiliki Lamtim, dapat dijadikan daya tarik tersendiri
yang dapat menarik wisatawan lebih banyak," jelasnya.
Sementara itu, Gubernur Lampung Sjachroedin ZP di
saat mengunjungi Kota Sukadana Lampung Timur mengatakan bahwa potensi hutan di
Kabupaten Lampung Timur cukup besar, terutama di hutan TNWK yang luasnya
mencapai 125 ribu hektare.
Ia menjelaskan sudah berkoordinasi dengan
Kementerian Kehutanan RI untuk menjadikan TNWK itu sebagai salah satu kawasan
hijau di Indonesia.
"Jika hutan TNWK sebagai kawasan hijau
terwujud maka bisa menjadi yang terbesar se-Asia Tenggara," ujarnya.
Untuk itu, lanjutnya, diharapkan kepada Bupati
dan Wakil Bupati Lampung Timur yang baru dilantik hendaknya peduli dengan
kelestarian hutan di daerah itu.
"Lampung Timur memiliki keunggulan yang
tidak dimiliki kabupaten/ kota lain di Provinsi Lampung ini, yakni adanya
kawasan hutan yang juga sebagai tempat wisata, pusat latihan gajah (PLG), dan
rencananya dijadikan kawasan hijau," katanya.
Menurutnya, Pemerintah Kabupaten Lampung Timur
perlu mengalokasikan anggaran bagi kelestarian hutan di TNWK, karena nantinya
juga akan didukung Pemerintah Provinsi (Pemprov) Lampung dan Kementerian
Kehutanan RI.
"Jika Pemkab Lampung Timur dapat
mengalokasikan anggaran untuk kelestarian hutan sebesar 2,5 miliar, Pemprov
Lampung bisa lima miliar, bahkan Kementerian Kehutanan RI akan mendukung
anggaran hingga dua kali lipatnya," terangnya. Ia berharap, pembangunan daerah terus berjalan
sehingga potensi keunggulan daerah dapat diberdayakan bagi kemakmuran
masyarakatnya.***
0 komentar:
Posting Komentar